Ziarah makam Mbah Joyo Sampurno

Kegiatan ziarah makam Mbah JoyoSampurno berawal dari rasa syukur dan terima kasih warga kepada beliau. Ini berawal dari cerita sebagai berikut:

Pada jaman dulu kala Sunan Kalijogo mencari kayu untuk tiang penyangga mesjid Demak. Kemudian Sunan Kalijaga beserta rombongan berisirahat di Goa Kreo pada saat memasuki malam hari. Kemudian pada sekitar pukul 01.00 dini hari terdengarlah suara lesung dari daerah kampung Sadeng. Sunan Kalijaga mengira hari sudah pagi. Kemudian beliau menyadari bahwa hari ternyata masih malam. Karena merasa terperdaya, Sunan Kalijaga mengucapkan sabda bahwa warga Kampung Sadeng yang berjenis kelamin putri tidak akan laku nikah sebelum badannya sebesar ibunya. Setelah beberapa tahun Mbah Kyai Joyo Sampurno melakukan ritual untuk memohonkan maaf kepada Sunan Kalijaga agar sabda tersebut dicabut. Setelah ritual dilaksanakan sabda tersebut sudah tidak berlaku dan akhirnya anak-anak perempuan bisa menikah secara normal  sesuai dengan kondisi sewajarnya.

Mbah Joyo Sampurno juga merupakan keturunan dari keluarga Kerajaan Pajang, sehingga makamnya banyak didatangi oleh keluarga Kerajaan Pajang.

Setiap malam Rabu Wage (selapanan/35 hari), warga Kelurahan Sadeng secara rutin melakukan ziarah ke makam Mbah Joyo Sampurno.

Kegiatan ziarah ini terdiri dari pembacaan surat Yaasin dan tahlil dan selamatan (bancakan/makan bersama) diakhiri dengan kegiatan pengajian di Makam Mbah Joyo Sampurno.

Makam tersebut terletak di Kampung Ndesel RW 03 Kelurahan Sadeng.